Kecelakaan Kerja Tambang
Batubara adalah batuan yang berasal dari tumbuhan yang
mati dan tertimbun endapan lumpur, pasir, dan lempung sselama berjuta-juta
tahun lamanya. Adanya tekanan lapisan tanah bersuhu tinggi serta terjadinya
gerak tektonik mengakibatkan terjadinya kebakaran atau oksidasi yang mengubah
zat kayu pada bangkai tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang mudah terbakar yang
bernama batubara.
Batubara merupakan salah satu sumberdaya energi yang
banyak terdapat di dunia, selain minyak bumi dan gas alam. Batubara sudah sejak
lama digunakan, terutama untuk kegiatan produksi pada industri semen dan
pembangkit listrik. Batubara sebagai energi alternatif mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi sehingga dapat menggantikan peran bahan bakar minyak (BBM)
dalam kegiatan produksi untuk industri tersebut. Apalagi beberapa tahun
terakhir ini harga BBM terus mengalami kenaikan dan hal ini sangat dirasakan
dampaknya terutama dalam hal kebutuhanya sebagai sumber nergi bagi berbagai
aktivitas perekonomian dunia.
Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah
yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi dirawa dan lahan gambut.
Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak
bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang
seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut,
material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan
tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses
perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan
kemudian batu bara.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous
Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu
bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang
lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta
lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses
awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu
bara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.
Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan
warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat
pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara
muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batubara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’. Perubahan kimiawi dan
fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh
hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat,
penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga
membentuk antrasit.
Pengertian adalah Setiap tempat pekerjaan yang
bertujuan atau berhubungan langsung dengan pekerjaan penyelidikan umum,
eksplorasi, study kelayakan, konstruksi, operasi produksi, pengolahan/
pemurnian dan pengangkutan bahan galian golongan a, b, c, termasuk sarana dan
fasilitas penunjang yang ada di atas atau di bawah tanah/air, baik berada dalam
satu wilayah atau tempat yang terpisah atau wilayah proyek.
- Yang
dimaksud kecelakaan tambang yaitu :
- Kecelakaan
Benar Terjadi
- Membuat
Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT
- Akibat
Kegiatan Pertambangan
- Pada
Jam Kerja Tambang
- Pada
Wilayah Pertambangan
- Penggolongan
Kecelakaan tambang
1.Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan)
Korban tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu.
1.Cidera Berat (Kecelakaan Berat)
Korban tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 3 minggu.
Berdasarkan cedera korban, yaitu :
- Retak
Tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan
bawah/atas, paha/kaki
- Pendarahan
di dalam atau pingsan kurang oksigen
- Luka
berat, terkoyak
- Persendian
lepas
Berdasarkan penelitian heinrich:
- Perbuatan
membahayakan oleh pekerja mencapai 96% antara lain berasal dari:
a. Alat
pelindung diri (12%)
b. Posisi kerja (30%)
c. Perbuatan seseorang (14%)
d. Perkakas (equipment) (20%)
e. Alat-alat berat (8%)
f. Tata cara kerja (11%)
g. Ketertiban kerja (1%)
- Sumberlainnya
diluar kemampuan dan kendali manusia.
- E.
Tindakan Setelah Kecelakaan Kerja
1,Pengorganisasian dan Kebijakan K3
- Membangun
Target dan Sasaran
- Administrasi,
Dokumentasi, Pelaporan
- SOP
Prosedur kerja standar adalah cara melaksanakan
pekerjaan yang ditentukan, untuk memperoleh hasil yang sama secara paling aman,
rasional dan efisien, walaupun dilakukan siapapun, kapanpun, di manapun. Setiap
pekerjaan Harus memiliki SOP agar pekerjaan dapat dilakukan secara benar,
efisien dan aman
- Rekrut
Karyawan & Kontrol Pembelian
- Inspeksi
dan Pengujian K3
- Komunikasi
K3
- Pembinaan
- Investigasi
Kecelakaan
- Pengelolaan
Kesehatan Kerja
- Prosedur
Gawat Darurat
- Pelaksanaan
Gernas K3
Manajemen K3 memiliki target dan sasaran berupa
tercapainya suatu kinerja K3 yang optimal dan terwujudnya “ZERO ACCIDENT”
dalam kegiatan Proses Produksi .
- Pedoman
Peraturan K3 Tambang
- Ruang Lingkup
K3 Pertambangan : Wilayah KP/KK/PKP2B/SIPD Tahap
Eksplorasi/Eksploitasi/Kontruksi &
Produksi/Pengolahan/Pemurnian/Sarana Penunjang
- UU No.
11 Tahun 1967
- UU No.
01 Tahun 1970
- UU No.
23 Tahun 1992
- PP No.
19 Tahun 1970
- Kepmen
Naker No. 245/MEN/1990
- Kepmen
Naker No. 463/MEN/1993
- Kepmen
Naker No. 05/MEN/1996
- Kepmen
PE. No.2555 K/26/MPE/1994
- Kepmen
PE No. 555 K/26/MPE/1995
- Kepmen
Kesehatan No. 260/MEN/KES/1998
- Kepmen
ESDM No. 1453 K/29/MEM/2000
F. Sistem manajemen k3 di
pertambangan
Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses
interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko
bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu
yang ekstrem,dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila
digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari
ancaman bahaya di tempat kerja.
Adapun Faktor Resiko yang sering dijumpai pada
Perusahaan Pertambangan adalah sebagai berikut :
Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat
tinggi disertai dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap
yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin
dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal
Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa
bumi, ledakan yang terjadi di dalam tambang,serta kondisi tanah yang rentan
mengalami longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya pengaturan
pembuatan terowongan untuk tambang.
Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan
tambang bawah tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh
berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan
sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian
membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu
ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.
Pengelolaan Risiko menempati peran penting dalam
organisasi kami karena fungsi ini mendorong budaya risiko yang disiplin dan
menciptakan transparansi dengan menyediakan dasar manajemen yang baik untuk
menetapkan profil risiko yang sesuai. Manajemen Risiko bersifat instrumental
dalam memastikan pendekatan yang bijaksana dan cerdas terhadap pengambilan
risiko yang dengan demikian akan menyeimbangkan risiko dan hasil serta
mengoptimalkan alokasi modal di seluruh korporat. Selain itu, melalui budaya
manajemen risiko proaktif dan penggunaan sarana kuantitatif dan kualitatif yang
modern, kami berupaya meminimalkan potensi terhadap kemungkinan risiko yang
tidak diharapkan dalam operasional.
Pengendalian risiko diperlukan untuk mengamankan
pekerja dari bahaya yang ada di tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja
Peran penilaian risiko dalam kegiatan pengelolaan diterima dengan baik di
banyak industri. Pendekatan ini ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan
risiko manajemen risiko adalah sebagai berikut :
- Identifikasi
risiko adalah mengidentifikasi bahaya dan situasi yang berpotensi
menimbulkan bahaya atau kerugian (kadang-kadang disebut ‘kejadian yang
tidak diinginkan’).
- Analisis
resiko adalah menganalisis besarnya risiko yang mungkin timbul dari
peristiwa yang tidak diinginkan.
- Pengendalian
risiko ialah memutuskan langkah yang tepat untuk mengurangi atau
mengendalikan risiko yang tidak dapat diterima.
- Menerapkan
dan memelihara kontrol tindakan adalah menerapkan kontrol dan memastikan
mereka efektif.
Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan
melaksanakan identifikasi bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya
yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan
identifikasi bahaya dimulai dengan membuat Standart Operational Procedure
(SOP). Kemudian sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi.
Setelah dianalisa,tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi
resiko untuk menilai seberapa besar tingkat resikonya yang selanjutnya untuk
dilakukan kontrol atau pengendalian resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini
ditandai dengan menyediakan alat deteksi, penyediaan APD, pemasangan
rambu-rambu dan penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas.
Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan
melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.
Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan
pertambangan adalah sebagai berikut :
- Menimalkan
kerugian yang lebih besar
- Meningkatkan
kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan
- Meningkatkan
kepercayaan karyawan kepada perusahaan
Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada
tambang bawah tanah, terutama dalam bentuk ledakan gas perlu dilakukan tindakan
pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan ini harus dilakukan oleh segenap pihak
yang terkait dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut. Beberapa hal
yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan adalah :
- Pengetahuan
dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas: Gas-gas yang mudah
terbakar/meledak, Karakteristik gas, Sumber pemicu kebakaran/ledakanMetoda
eliminasi penyebab ledakan, antara lain:
1.
Pengukuran
konsentrasi gas
2.
Pengontrolan
sistem ventilasi tambang
3.
Pengaliran
gas (gas drainage)
4.
Penggunaan
alat ukur gas
5.
Penyiraman
air (sprinkling water)
6.
Pengontrolan
sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan
7.
Teknik
pencegahan ledakan tambang
1,Penyiraman air (water sprinkling)
2.Penaburan debu batu (rock dusting)
1.Pemakaian alat-alat pencegahan
standar.
2.Fasilitas pencegahan penyebaran
kebakaran dan ledakan, antara lain:
1.Lokalisasi penambangan dengan
penebaran debu batuan
2.Pengaliran air ke lokasi potensi
kebakaran atau ledakan
1.Penebaran debu batuan agak lebih
tebal pada lokasi rawan
1.Tindakan pencegahan kerusakan
akibat kebakaran dan ledakan:
1.Pemisahan rute (jalur) ventilasi
2.Evakuasi, proteksi diri,
sistemperingatandini, dan penyelamatansecara tim.
Sesungguhnya kebakaran tambang dan ledakan gas tidak
akan terjadi jika sistem ventilasi tambang batubara bawah tanah itu cukup baik.
A. Kesimpulan
Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian
yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki yang benar-benar terjadi dan
membuat cidera pekerja tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT
sebagai akibat kegiatan pertambangan pada jam kerja tambang dan pada wilayah
pertambangan.
Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat
bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3
diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3
diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi
hal demikian.
Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses
interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko
bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu
yang ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila
digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari
ancaman bahaya di tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam
bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan
manajemen perusahaan yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan
dari perusahaan untuk mengelola K3 dengan menerapkan suatu Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja