PENGUNAAN BAHASA
BAKU DI DALAM MASYARAKAT
Menurut saya pengunaan
bahasa baku di dalam masyarakat masih sangat jarang di gunakan apalagi oleh
anak-anak remaja sekarang.mereka cenderung lebih memilih mengunakan bahasa gaul
dari pada bahasa baku, alasanya mereka tidak terbiasa memakai bahasa
baku.bahkan yang lebih miris mereka berbicara kepada orang yang lebih tua pun
menggunakan bahasa yang gaul bahkan ke oraang tuanya sendiri
PENGUNAAN BAHASA BAKU
Didalam masyarakat
masih banyak orang yang tidak memakai bahasa baku mereka cenderung memakai
bahasa gaul kadang juga mereka berbicara dengan memakai logat dari daerahnya
masing-masing.kebanyakan orang yang memakai bahasa baku ialah kalangan terpelajar,brbicara
kepada orang yang lebih tua,atau pejabat Bahasa merupakan salah satu alat
untukmengadakaninteraksiterhadapmanusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak
dapat dipisahkan denganmanusia.Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan
dengan masyarakat lain yang
akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku.saat kita mempergunakan bahasa indonesia perlu di perhatikan dan kesempatan.misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku di pakai apabila pada situasai resmi,ilmiah.tetapi ragam bahasa non baku di gunakan pada situasi santai dengan keluarga, teman, pada buku harian, dan di pasar. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur ,yaitu bahasa di pakai dalam bahasa sehari-hari. Bahasa baku selama ini hanya di gunakan dalam konteks tertentu dan sangat khusus . bahasa baku telah menjadi bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari masyarakat indonesia . contohnya dalam waktu 24 jam siaran ditelevisi, bahasa baku hanya nampak dan terdengarhanya dalam siaran berita yang berdurasi 90 menit per hari. Selebihnya kita tidak menemukan bahasa baku dalam komunikasi periklanan,pemilihan nama acara televisi,dan praktik bahasa di dalam siaran itu sendiri. Alasannya beragam, bahasa baku tidak bernilai jual, tidak gaul,tidak mengangkat gengsi,dan tidak mampu mengangkat penghayatan pembaca. Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa. Keseragaman dalam bentuk bererti bahawa bahasa baku sudah dikodifikasikan, baik dari segi ejaan, peristilahan, mahupun tatabahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah semestinya merupakan penyeragaman kod yang mutlak. Misalnya, dalam tatabahasa sudah ada rumus morfologi Melayu yang menetapkan bahawa konsonan k pada sesuatu kata dasar digugurkan apabila diberi awalan meN; umpamanya kasih menjadi mengasihi, dan ketat menjadi mengetatkan. Tetapi dengan masuknya kata asing yang mengandungi gugus konsonan pada awal kata, rumus tersebut diberi rumus tambahan, iaitu untuk kes tersebut, konsonan k tidak digugurkan apabila diberi awalan meNG; umpamanya kritik menjadi mengkritik.
akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku.saat kita mempergunakan bahasa indonesia perlu di perhatikan dan kesempatan.misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku di pakai apabila pada situasai resmi,ilmiah.tetapi ragam bahasa non baku di gunakan pada situasi santai dengan keluarga, teman, pada buku harian, dan di pasar. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur ,yaitu bahasa di pakai dalam bahasa sehari-hari. Bahasa baku selama ini hanya di gunakan dalam konteks tertentu dan sangat khusus . bahasa baku telah menjadi bahasa asing dalam komunikasi sehari-hari masyarakat indonesia . contohnya dalam waktu 24 jam siaran ditelevisi, bahasa baku hanya nampak dan terdengarhanya dalam siaran berita yang berdurasi 90 menit per hari. Selebihnya kita tidak menemukan bahasa baku dalam komunikasi periklanan,pemilihan nama acara televisi,dan praktik bahasa di dalam siaran itu sendiri. Alasannya beragam, bahasa baku tidak bernilai jual, tidak gaul,tidak mengangkat gengsi,dan tidak mampu mengangkat penghayatan pembaca. Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa. Keseragaman dalam bentuk bererti bahawa bahasa baku sudah dikodifikasikan, baik dari segi ejaan, peristilahan, mahupun tatabahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah semestinya merupakan penyeragaman kod yang mutlak. Misalnya, dalam tatabahasa sudah ada rumus morfologi Melayu yang menetapkan bahawa konsonan k pada sesuatu kata dasar digugurkan apabila diberi awalan meN; umpamanya kasih menjadi mengasihi, dan ketat menjadi mengetatkan. Tetapi dengan masuknya kata asing yang mengandungi gugus konsonan pada awal kata, rumus tersebut diberi rumus tambahan, iaitu untuk kes tersebut, konsonan k tidak digugurkan apabila diberi awalan meNG; umpamanya kritik menjadi mengkritik.
Dari segi fungsi,
bahasa baku dapat menjadi unsur penyatu, unsur pemisah dan pemberi prestiji
karena:
* Unsur penyatu:
digunakan oleh orang-orang daripada pelbagai daerah loghat;
* Unsur pemisah: memisahkan bentuk bahasa baku itu daripada loghat-loghat lain dalam bahasa itu; dan
* Pemberi prestij: digunakan oleh segolongan orang dalam suasana tertentu, biasanya dalam urusan rasmi; umpamanya laporan, surat, surat pekeliling, borang, radio, televisyen, dan sebagainya.
* Unsur pemisah: memisahkan bentuk bahasa baku itu daripada loghat-loghat lain dalam bahasa itu; dan
* Pemberi prestij: digunakan oleh segolongan orang dalam suasana tertentu, biasanya dalam urusan rasmi; umpamanya laporan, surat, surat pekeliling, borang, radio, televisyen, dan sebagainya.
Walau bagaimanapun,
ketiga-tiga fungsi ini dianggap oleh Paul Garvin sebagai fungsi perlambangan.Dalam
konteks pentadbiran dan pengurusan, fungsi yang harus ditekankan ialah fungsi
objektif, yaitu bahasa baku sebagai rangka rujukan untuk menentukan
salah-betulnya penggunaan bahasa. Jika fungsi objektif ini tidak ditegaskan,
niscaya bahasa yang digunakan dalam pentadbiran dan pengurusan akan
berbeda-beda bentuknya. Apabila hal ini terjadi, maka kecekapan pentadbiran dan
pengurusan akan tergugat.PenggunaanKata-Kata Baku Masuknya kata-kata yang
digunakan adalah kata-kata umum yang sudah
lazimdigunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang
belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali
dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam TulisanEjaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari
penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan
unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Jadi, menurut pendapat saya sebaiknya bahasa baku jangan dilupakan. Memang banyak faktor-faktor dari luar yang masuk tetapi sebaiknya kita sebagai warga negara Indonesia yang cinta kepada tanah air gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai bukti bahwa kita cinta kepada bangsa Indonesia. Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Sebagian orang berpendapat bahwa bahasa sebagai sesuatu yang kita lakukan untuk orang lain; sebuah permainan dari simbol verbal yang didasarkan dengan rasa indera kita (pencitraan). Sebagai sistem mediasi, bahasa tidak hanya menggambarkan cara pandang manusia tentang dunia dan konsepsinya, tetapi juga membentuk visi tentang realitas. Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa senantiasa digunakan secara khas dan memiliki suatu aturan permainan tersendiri Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa senantiasa digunakan secara khas dan memiliki suatu aturan permainan tersendiri .Dari pernyataan diatas dapat dirtarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia . Di dalam kehidupan masyarakat fungsi bahasa secara tradisional dapat dikatakan sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi. Akan tetapi, fungsi bahasa tidak hanya semata-mata sebagai alat komunikasi. Bagi Sosiolinguistik konsep bahasa adalah alat yang fungsinya menyampaikan pikiran saja dianggap terlalu sempit
lazimdigunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang
belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali
dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam TulisanEjaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari
penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan
unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Jadi, menurut pendapat saya sebaiknya bahasa baku jangan dilupakan. Memang banyak faktor-faktor dari luar yang masuk tetapi sebaiknya kita sebagai warga negara Indonesia yang cinta kepada tanah air gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai bukti bahwa kita cinta kepada bangsa Indonesia. Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Sebagian orang berpendapat bahwa bahasa sebagai sesuatu yang kita lakukan untuk orang lain; sebuah permainan dari simbol verbal yang didasarkan dengan rasa indera kita (pencitraan). Sebagai sistem mediasi, bahasa tidak hanya menggambarkan cara pandang manusia tentang dunia dan konsepsinya, tetapi juga membentuk visi tentang realitas. Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa senantiasa digunakan secara khas dan memiliki suatu aturan permainan tersendiri Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa senantiasa digunakan secara khas dan memiliki suatu aturan permainan tersendiri .Dari pernyataan diatas dapat dirtarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia . Di dalam kehidupan masyarakat fungsi bahasa secara tradisional dapat dikatakan sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi. Akan tetapi, fungsi bahasa tidak hanya semata-mata sebagai alat komunikasi. Bagi Sosiolinguistik konsep bahasa adalah alat yang fungsinya menyampaikan pikiran saja dianggap terlalu sempit
Membunuh Bahasa,
Membunuh Sejarah Peradaban Masyarakat Pemiliknya
Kebanyakan manusia lupa
akan misteri dan kekuatan bahasa Mereka lebih percaya pada pengetahuan dan
pengalamannya.Padahal semua itu masih mentah dan belum nyata, bila tidak
dinyatakan dengan bahasa. Jadi, jangan pernah mengira bahwa bahasa itu mudah.
Manusia merasa tahu dan mengerti, merasa mengalami dan sadar, tapi semuanya itu
tidak dapat di ungkapan, artinya bahwa bahasa tak membantunya untuk menyatakan
semua keinginannya. . Akhirnya, semuanya tinggal sebagai kegelapan dan
kebawahsadaran, padahal pikiran manusia merasa tenang dan sadar tentang
pengetahuan tersebut. Untuk itu, bahasalah sebagai sarana pencerahan bagi
kegelapan manusia. Sebagai sistem kognisi, bahasa dengan sistem gramatikal,
bunyi serta tata tulisnya itu, dipahami sebagai sumber daya dan kekayaan mental
yang setelah dipelajari, ada dalam diri manusia danmasyarakat. Masyarakat lokal
yang beragam telah lama memiliki identitas yang jelas dengan bingkai sentimen
primordial (agama, etnis, bahasa dan lain-lain). Bahasa sebagai identitas atau
jati diri telah membangun nilai-nilai, norma, dan simbol-simbol ekspresif
menjadi ikatan sosial untuk membangun solidaritas dan kohesivitas sosial. Bagi
masyarakat lokal, identitas adalah "harga diri" dan
"senjata" untuk menghadapi kekuatan luar lewat simbol-simbol bahasa
dan budaya. Tetapi identitas lokal termasuk didalamnya bahasa telah lama hancur
atau musnah karena intervensi negara lewat pendekatan reseptif dan formasi
negara yang hirarkis-sentralistik. Negara membangun integrasi lewat
penghancuran identitas lokal dan penghisapan sumber daya lokal. Hasilnya adalah
kemanan, stabilitas, ketertiban dan integritas yang tidak otentik. Ketika
identitas lokal hancur, masyarakat lokal yang menjadi terdakwa dalam proses
ini. Mestinya yang menjadi terdakwa dalam proses ini adalah Pemerintah pusat
dan elit nasional yang sekaligus sebagai dalangnya. Elit lokal juga menjadi
terdakwa atas gagalnya membangun identitas lokal yang beradab. Elit lokal
selama ini mempolitisir sentimen etnisitas dan isu-isu putra daerah, akibatnya
bahasa daerah (lokal) tereliminasi hingga ke proses genosida. Menurut Gerard
Bibang, seorang pemerhati bahasa asal Belanda mengatakan bahwa bahasa tak ada
bedanya dengan alur kehidupan manusia. Sejak dulu kala, bahsa lahir, hidup, dan
lenyap dengan masyarakat pemiliknya. Ini wajar-wajar saja. Misalnya dewasa ini,
lenyapnya bahasa-bahasa itu amat cepat. Gejala ini, ternyata merupakan salah
satu akibat dari apa yang disebut dengan "Peperangan Bahasa". Sekitar
6.000 bahasa besar di seluruh dunia terancam punah dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Keanekaan bahasa sebagai bagian dari warisan keanekaan kebudayaan
umat manusia, juga terancam punah. Mungkinkah manusia tanpa kebudayaan, atau
kebudayaan tanpa manusia? Kebudayaan adalah produk khas manusia. Ancaman
terhadap bahasa adalah ancaman kebudayaan. Ancaman kebudayaan adalah ancaman
terhadap manusia. Apakah manusia akan hidup dalam kebudayaan monolingual?
Idealkah bila hanya ada satu bahasa universal di dunia, dengan demikian
mengabaikan keanekaan bahasa yang telah lama menjadi citra budaya
umatmanusiasepanjangzaman? Para ahli bahasa memperkirakan bahwa tidak satu pun
bahasa mampu bertahan jika tidak didukung oleh 100 ribu orang pemakainya.
Dewasa ini diseluruh dunia setengah dari 6.000 bahasa bahkan lebih, digunakan
oleh kurang dari 10 ribu orang pemakainya. Seperempatnya digunakan oleh ratusan
juta pemakainya. Punahnya bahasa bukan fenomena baru lagi. Sejak munculnya
bermacam-macam bahasa, paling kurang 3000, bahkah lebih hampir setengah juta
darinya punah tanpa bekas. Bahasa umumnya bertahan dalam rentang waktu yang relatif
singkat,dengantingkatkepunahanyangsemakintinggi. Hasil penelitian yang tertuang
dalam "6000 Languages: an Embattled Heritage" yang termuat dalam
Index April 2000.
wow keren dah yg ngepost orang pintar kali ya!
ReplyDeleteterimakasih. ini sangat bermanfaat banyak bagi saya. thanks
ReplyDelete